Sebelumnya apa itu ERGONOMI? Ergonomi adalah sebuah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergos (bekerja) dan Nomos (Ilmu pengetahuan).
Definisi lainnya dari ergonomi ialah sebagai berikut:
….
Study of the environment, condition and eficiency of workers…
(HORNBY, et.al., 1987, OXFORD ADVANCED LEARNER’S DICTIONARY OF CURRENT ENGLISH, Oxford Univerity Press)
…... to apply both biologycal and engineering data to abroad range of problems bought abaut by man’s physical interaction with his newest machines. (PETERSON, braid, et.al., 1995, THE ERGONOMIC PC. McGrawHill, Inc)
….. an applied science concerned with the characteristics of people that need to be considered in designing arranging things that they use in order that people thing will interact most effectively and safety called also human engineering. (TILLMAN, et.al., 1991, HUMAN FACTORS ESSENTIAL, Mc GrawHill, Inc).
Artinya ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari kemampuan manusia dalam berinterkasi dengan lingkungan fisiknya.
Yap... mungkin itulah sedikit review tentang apa itu Ergonomi. Namun yang akan saya bahas disini adalah tentang Ergonomi dalam Interior labih tepatnya Ergonomi dalam Area Kerja. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data anthropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada datastatis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik diperoleh dengan cara pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya, gerakan menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah suatu hal yang sukar untuk didefinisikan.
Ada dua aspek penting dari perancangan tempat kerja yaitu: (1) Daerah kerja horizontal pada sebuah bangku dan (2) Ketinggiannya dari atas lantai.
DAERAH KERJA HORIZONTAL.
Batasan
Diperlukan untuk mendefinisikan batasan-batasan dari suatu daerah kerja horisontal untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak dapat ditempatkan begitu saja diluarjangkauan tangan. Batasan-batasan jangkauan secara vertikal harus diterapkan untuk kasus seperti misalnya papan-papan kontrol, namun hampir seluruh bangku kerja material (benda kerja) dan peralatan lainnya disusun pada sebuah permukaan yang horisontal.
Batasan untuk jarak menjangkau semakin meningkat jika operator mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh. Sebagai contoh, operator duduk yang menghindari gangguan keseimbangan pada saat menjangkau. Bahkan jika berdiri, jangkauan kedepan dibatasi oleh pinggiran bangku, hal ini akan dapat mengganggu keadaan badan dan menimbulkan tekanan pada punggung.
Dalarn bukunya R.M. Barnes (Motion and Time Study, terbit tahun 1980) mendefinisikan daerah kerja “Normal” dan “Maksimum”, dengan batasan yang ditentukan oleh ruas tengah jari (mid points of fingers), sebagai berikut:
- Daerah Normal:
Lengan bawah yang berputar pada bidang horisontal dengan siku tetap.
- Daerah Maksimum:
Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu.
R.R. Farley pada tahun 1955 memberikan dimensi untuk daerah kerja pada gambar dibawah. yang telah dikutip dan dikembangkan secara meluas. (R.R. Parley, General Motors Engineering Jour¬nal, Vol. 2, no. 6, 1955, 20-25).
Gambar
Batasan-batasan daerah kerja dikebangkan oleh R.R. Farley
pada General Motors pada tahun 1955
(ukuran dalam mm)
Para pengarang berikutnya menyadari bahwa tidaklah realistis jika kedudukan siku diasumsikan supaya tetap, sehingga batas-batas tersebut tidak berupa lengkungan-lengkungan. Mereka juga percaya bahwa para pekerja cenderung duduk alau berdiri tidak dekat dengan pinggiran bangku. Mereka menjelaskan batas dengan sebuah persamaan yang meliputi pengukuran statis dari panjang lengan dan posisi bahu. Dengan mengukur 80 orang yang ditampilkan dengan batasan-batasan seperti yang ada dalam gambar dibawah. Hal ini menunjukkan daerah-daerah Farley yang sangat konservatif. Sedangkan penggunaan daerah-daerah Farley akan mengarah pada pekerjaan yang sangat dekat dengan operator, hal tersebut menimbulkan masalah tentang ruang untuk peralatan, bangku kerja dan material-meterial.
Gambar
Batasan-batasan daeah kerja Normal untuk 5, 50, dan 95 persentil yang dikembangkan oleh S. Konz dan S.C. Goel
(AIIE Transactions March 1969, P. 70)
Kurva Konz dan Goel hanya menerapkan daerah kerja normal, tetapi daerah-daerah jangkauan maksimum dapat dibuat dari kumpulan data yang lain, seperti contohnya, diagram yang ada dalam gambar 6.3. dari Eastman Kodak Company. Data ini menggunakan bagian depan dari tubuh sebagai titik referensi yang sesuai untuk perancangan kerja bangku.
Gambar
Luasan jangkauan pada saat berdiri
(Dari Eastman Kodak Company, Ergonomic Design For People at Work, 1983)
Beberapa data yang diukur oleh M.I.
Bulloch menggunakan salah satu datanya untuk menunjukkan pusat dari interseksi tempat duduk dan sandarannya. Efek dari pembatasan daerah tempat duduk tersebut ditunjukkan dengan baik pada gambar dibawah. Pengukuran-pengukuran sejenis dilakukan oleh E. Nowak (1978). “Determina¬tion of the Spatial Reach Area of the Arms for workplate design purposes”, Ergonomics, 1978, V21, P.493 menggunakan pusat dan belakang tempat duduk pada permukaan bahu sebagai referensinya. Data sejenis diterapkan untuk perancangan tempat duduk kendaraan pada daerah kerja horisontalnya. Perhatikan juga kumpulan data dari H. Dreyfuss dan N. Diffrient.
Jelasnya, kerja seharusnya dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika mungkin hindarkan kebutuhan untuk menaikkan lengan sebisa mungkin.
Gambar
Batasan-batasan jangkauan fungsional dalam suatu area kerja yang horisontal untuk 1 individu, menunjukkan pengaruh dari sebuah tempat duduk
(SRP = Seat Reference Point)
(Sumber data : M.I. Bullocch, 1974)
LAY-OUT DALAM
DAERAH KERJA
Untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal maka tidaklah cukup dengan mengoptimasi layout tempat kerja. Namun lay-out tersebut seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang baik. Pada gambar diatas ditunjukkan lay-out yang memerlukan suatu posisi tetap untuk tangan kanan dengan pergelangan tangan berdeviasi ulnar (deviasi pergelangan kearah jari kelingking). Penyimpangan dari lengan atas pada gambar diatas juga memberikan kesan bahwa bangku yang terlalu tinggi adalah suatu masalah yang akan dipertimbangkan lebih lanjut dibawah ini.
Untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal maka tidaklah cukup dengan mengoptimasi layout tempat kerja. Namun lay-out tersebut seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang baik. Pada gambar diatas ditunjukkan lay-out yang memerlukan suatu posisi tetap untuk tangan kanan dengan pergelangan tangan berdeviasi ulnar (deviasi pergelangan kearah jari kelingking). Penyimpangan dari lengan atas pada gambar diatas juga memberikan kesan bahwa bangku yang terlalu tinggi adalah suatu masalah yang akan dipertimbangkan lebih lanjut dibawah ini.
KETINGGIAN BANGKU/KURSI KERJA
Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu :
Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu :
(a) Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri (walaupun
duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan diikuti dengan
tersedianya kursi yang sesuai).
(b) Bangku atau
kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.
PRINSIP-PRINSIP
YANG DITERAPKAN DALAM PERANCANGAN UNTUK KETINGGIAN 2 JENIS PERMUKAAN KERJA
·
Hindari beban otot yang terlalu berat yang
disebabkan oleh lengan atas yang disampingkan terlalu dnggi (abduksi)(dalam
pekerjaan keyboard, pergeseran lengan atas yang sering terjadi akan menyebabkan
timbulnya keharusan untuk deviasi ulnar yaitu penyimpangan pergelangan tangan
kearah kelingking.
·
Hindari tekanan tajam pada sisi lengan dengan
bagian bawah dari pinggiran bangku, jika permukaan tempat kerja terlalu tinggi.
·
Hindari posisi membungkuk secara terus
menerus jika permukaan tempat kerja terlalu rendah.
Bangku-bangku untuk Pekerjaan Sarmbil Berdiri.
Operator seharusnya bekerja dalam posisi berdiri tegak, dengan lengan alas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal yang dekat dengan meja, dan dengan lengan bawah inklinasi (dimiringkan sedikit) dari kedudukan horisontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira-kira 5 cm dibawah tinggi siku operator tentunya akan menimbulkan pertanyaan tentang persentil dari tinggi atau panjang siku yang digunakan. Masalah lain yang timbul adalah jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan wanita. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Operator seharusnya bekerja dalam posisi berdiri tegak, dengan lengan alas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal yang dekat dengan meja, dan dengan lengan bawah inklinasi (dimiringkan sedikit) dari kedudukan horisontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira-kira 5 cm dibawah tinggi siku operator tentunya akan menimbulkan pertanyaan tentang persentil dari tinggi atau panjang siku yang digunakan. Masalah lain yang timbul adalah jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan wanita. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
(i) Gunakan
dimensi rata-rata dari ketinggian siku, hal ini dapat menimbulkan
ketidaknyamanan atau gangguan diantara populasi yang digunakan, dan merupakan
penyelesaian yang kurang bagus.
(ii) Perancangan
untuk personal 95 dan diberikan plat-form lantai untuk operator
yang lebih kecil - tetapi ini dapat menimbulkan masalah baru dan sukar untuk
mengatasinya.
(iii) Perancangan untuk persentil 5 dan menambah
tinggi bangku untuk operator yang lebih besar - tetapi hal ini mengurangi
keleluasaan duduk pada bangku sebab hilangnya ruang gerak untuk lutut.
(iv) Rancanglah
suatu pengatur (adjustment), hal ini umum untuk meja-meja kantor, dan
sistem produk yang komersial juga tersedia untuk bangku-bangku kerja dengan
sistem pengatur
(v) Rancanglah
suatu kursi yang tinggi pada ketinggian yang dapat disesuaikan (adjustable
height) dan sandaran kaki yang dapat disetel.
Persyaratan pada
sebuah kursi untuk bangku-bangku tinggi (berdiri) lebih fleksibel jika kursi
yang digunakan oleh seseorang dapat disetel hingga ketinggiannya sesuai dengan
tinggi bangku yang diinginkan. Tinggi tempat kerja dalam hal ini adalah sampai
batas tubuh bagian atas yang dianalisa.
Untuk tempat
kerja yang dekat dengan operator, tinggi hangku dapat dibuat dengan ekstra
tinggi yang sesuai. Sedangkan bangku yang lebih rendah adalah untuk pekerjaan
yang berat, tetapi bangku yang standart didasarkan pada panjang siku pada
umumnya. Rekomendasi dibawah ini menunjukkan beberapa keanekaragaman, dengan
perkiraan bahwa penyesuaian akan dapat dicapai.
Beberapa Rekomendasi Untuk Tinggi Bangku (Standing Work)
Masalah
pemilihan tinggi bangku dilatar belakangi oleh sejumlah studi penelitian. S.
Konz menyebutkan studi-studi terdahulu dan menjelaskan dalarn sebuah
eksperimennya. (“Design of work Station”, J. Industrial Engineering.,
July 1967, P. 413).
Sebuah operasi penggabungan yang
sederhana ditunjukkan bahwa ada 3 perbedaan tinggi bangku kerja oleh sejumlah
operator. Operator-operator dalam percobaan tersebut mempunyai panjang siku
antara 965 mm sampai 1143 mm dan tinggi meja yang disesuaikan untuk meletakkan
pekerjaan dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut:
·
50 mm diatas siku.
·
50 mm dibawah siku.
·
150 mm dibawah siku.
Rata-rata proses produksi diukur
pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan dalam analisa variansi
ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian berarti. Yang
paling baik adalah 50 mm dibawah siku, 50 mm diatas siku mengurangi produksi
sekitar 1% dan 150 m dibawah siku menyebabkan produksi bcrkurang 2,8%.
E.R. Tichauer
menemukan adanya akibat tambahan dengan suatu perubahan hanya sekitar 75 mm
dalam hal tinggi pekerjaan yang berhubungan dengan tubuh, walaupun analisa
detil dari percobaan tersebut tidak diberikan.
Suatu studi yang
dilakukan oleh Joan S. Ward (“Ergonomics techniques in the determination of
optimum work surface heights”, Applied Ergonomics, 1971, V2, no. 3). Studi
ini ditunjukkan untuk mengetahui ketinggian permukaan kerja yang optimum untuk
suatu dapur. Kegiatan sampling dari sejumlah ibu-ibu rumah tangga menunjukkan
bahwa 23% waktu mereka dihabiskan didapur, 34% di wastafel dan tempat cuci (sink
& drainer), 14% dipermukaan meja kerja (work top), 14% dimeja,
13% ditungku kompor.
Untuk meyakinkan
hasil-hasil yang terapan 95% ide wanita-wanita dewasa Inggris, tersebut
dibedakan menjadi 3 kelompok subyek yang dipilih sebagai berikut:
(a) 2,5th % ile
darijarak ketinggian (1500 ± 25mm).
(b) 50th % ile dari
jarak ketinggian (1625 ± 25mm).
(c) 97,5th % ile dari
jarak ketinggian (1740 ± 25mm).
Empat ketinggian
bangku yang distandarkan (762, 838, 914 dan 990 mm). Ketinggian-keunggian
diatas dibenahi lagi dengan eksperimen-eksperimen dimana operator-operatornya
melakukan pekerjaan kantor dengan menggunakan 3 macam metode yaitu :
(a) Elektromyography
- pengukuran terhadap penggunaan otot pada kaki dan punggung.
(b) Anthropometry
- pengukuran terhadap tubuh ini berbagai sudut dan perbandingan dengan
posisi berdiri santai, juga mengukur pusat pemindahan beban pada posisi yang
mudah dijangkau.
(c) Pemilihan subjektif berdasar pada keinginan
subyek yang diteliti.
Fleksibilitas
dan penyesuaian yang didapat dalam rentang sebagai berikut:
·
Wastafel
(Sink) : 14 - 1067 mm
·
Permukaan
meja kerja (Work top) : 914 - 990
mm
·
Permukaan
meja setrika :
838 - 990
mm
·
Permukaan kompor (Stove) : 838 - 990
mm
Sangat sulit untuk memakai
rekomendasi diatas, namun untuk meja setrika ketinggiannya dapat disesuaikan.
Sedangkan tungku atau perapian dapat dibuat pada ujung yang rendah untuk
menyesuaikan dengan orang yang lebih tinggi. Masalah ini tidak dapat dengan
mudah dipecahkan hanya dengan tempat duduk sebab kurangnya ruang untuk lutut
dengan lemari yang berada dibawah bangku. Bangku dan Meja yang Sesuai untuk
Pekerjaan yang Hanya Dilakukan Sambil Duduk
Kali
ini kita membahas bidang atau dunia perkantoran, yang meliputi meja kantor,
meja tukang ketik, meja VDU (Visual Display Unit), disebut juga sebagai
unit alat peraga visual (komputer). Bangku rendah yang makin bertambah
jumlahnya dapat dilihat pada industri perakitan kecil/ringan dengan posisi yang
tetap.
Tinggi
bangku dirumitkan oleh interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Jika kita
mendesain dengan kriteria agar permukaan kerja tetap dibawah siku seperti
bagian sebelumnya, kita dapat merancangnya dengan ruang untuk lutut yang kurang
nyaman. Untungnya, ujung meja dapat dirancang lebih tipis sehingga meja VDU
juga menjadi lebih tipis. Kadang-kadang pengetik akan menjadi terbiasa,
sehingga hal ini lebih fleksibel untuk memperoleh sebuah meja dengan kemiringan
serta mempunyai ruang yang cukup untuk gerak lutut.
Dengan
meja yang sejenis, kaki operator akan tepat diatas lantai (menapak). Namun meja
yang tidak dapat disetel, berakibat operator yang lebih kecil akan perlu
menaikkan tempat duduknya agar siku mereka sampai pada ketinggian yang tepat
dan perlu sandaran kaki (footrest) agar bagian dalam dari paha terhindar
dari rasa lelah. Persyaratan untuk pengadaan sandaran kaki dapat dianggap cukup
layak dan ini dapat dibuat rekomendasi bahwa meja yang non-adjustable
seharusnya dirancang cukup tinggi untuk disesuaikan dengan dimensi orang yang
besar. Pendekatan ini digunakan oleh E. Grandjean (Fitting the task to the
man, Taylor & Francis Press, 1986), yang dijelaskan berikut ini.
Untuk
menjamin cukupnya ruang bagi lutut orang dewasa (besar) maka direkomendasikan
mengambil 95th percentil.
Kebanggaan orang
adalah dengan memiliki kursi yang bisa disetel dan mempunyai sandaran kaki.
Tinggi meja 720 diperuntukkan bagi Visual Display Terminal oleh A. Cakir et al.
(Visual Display Terminals, Wiley, 1980) yang lebih tinggi dan penyertaan
sandaran kaki Untuk penyederhanaan, dan untuk memberikan
pengertian yang mudah dari posisinya, lebih baik menghindari sandaran kaki dan
hal ini biasanya dapat dicapai dengan membuat tinggi meja yang dapat disetel.
Untuk membaca
dan menulis, orang biasanya mengistirahatkan lengan mereka pada meja sehingga
perlu permukaan yang lebih tinggi. Grandjean memberi nilai antara 740-780 mm
untuk laki-laki dan 700-740 mm untuk wanita.
Kemiringan
Permukaan Kerja
Contoh-contoh
kemiringan permukaan kerja kearah operator antara lain ditunjukan pada
meja-meja sekolah, papan gambar dan podium. Sebenarnya telah bertahun-tahun
peralatan kerja dipabrik atau industri telah dimiringkan kearah operator.
Manfaatnya adalah seseorang dapat duduk lebih kebelakang dengan sedikit
memiringkan kepalanya. Hal tersebut dapat lebih konsisten jika dilengkapi
dengan sandaran lengan. Suatu kemiringan sebesar 12° akan menghasikan
peningkatan vang signifikan tanpa adanya kekhawatiran jatuhnya obyek karena
terlalu miring. Harap hati-hati bahwa hal tersebut tidak boleh mempengaruhi
ketinggian tempat kerja sehingga lengan atas tidak harus diangkat keatas (abduksi).
Para operator
harus menegakkan lengan rnereka diatas permukaan horisontal untuk jenis
permukaan kerja yang terlalu tinggi dan menghasilkan penglihatan yang bagus.
Hal ini dapat dikurangi dengan pembuatan sandaran lengan yang terbuat dari
bantalan sepanjang sisi depan bangku. Fungsinya adalah dapat mengurangi
benturan dengan sisi yang tajam dan mengurangi kerja ototstatis. Hal diatas
merupakan satu penyelesaian terhadap konflik yang timbul antara permukaan kerja
yang terlalu tinggi dengan penglihatan yang baik serta dan melelakkan tangan
dengan rendah untuk mengurangi kelelahan. Penyelesaian lain mungkin dengan cara
menaikkan material yang diperlukan sedekat mungkin dengan penglihatan (misal: copy-holder).
Yaa... mungkin ini merupakan bagian kecil dari penerapan ilmu ergonomi pada interior. Masih banyak ergonomi yang membahas tentang ruangan lainnya. Untuk area kerja mungkin baru ini pembahasan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Nanti kalau ada study lainnya akan saya posting lagi. :)
0 comments:
Post a Comment