Tugas Menggambar Konstruktif Interior

Walaupun masih bingung dalam pemilihan warna, tapi alhamdulillah Pak Benny memberi skor 80 ☺

Lomba Desain Ruang HIMA KMDI

Ikut berpartisipasi dalam Lomba Desain Ruang HIMA KMDI, berkelompok dengan M. Ihsan Ash-Shiddiq dan Oky Setiawan.

Windows 8

Inilah OS yang menurut saya paling keren, paling efisien, paling enteng, dan paling kece.

Tuesday, 3 June 2014

ERGONOMI DALAM AREA KERJA

Sebelumnya apa itu ERGONOMI? Ergonomi adalah sebuah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergos (bekerja) dan Nomos (Ilmu pengetahuan). 

Definisi lainnya dari ergonomi ialah sebagai berikut: …. 

Study of the environment, condition and eficiency of workers… (HORNBY, et.al., 1987, OXFORD ADVANCED LEARNER’S DICTIONARY OF CURRENT ENGLISH, Oxford Univerity Press) …... to apply both biologycal and engineering data to abroad range of problems bought abaut by man’s physical interaction with his newest machines. (PETERSON, braid, et.al., 1995, THE ERGONOMIC PC. McGrawHill, Inc) ….. an applied science concerned with the characteristics of people that need to be considered in designing arranging things that they use in order that people thing will interact most effectively and safety called also human engineering. (TILLMAN, et.al., 1991, HUMAN FACTORS ESSENTIAL, Mc GrawHill, Inc).

 Artinya ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari kemampuan manusia dalam berinterkasi dengan lingkungan fisiknya.


 Yap... mungkin itulah sedikit review tentang apa itu Ergonomi. Namun yang akan saya bahas disini adalah tentang Ergonomi dalam Interior labih tepatnya Ergonomi dalam Area Kerja. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data anthropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak terdapat pada datastatis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik diperoleh dengan cara pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya, gerakan menjangkau, mengambil sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah suatu hal yang sukar untuk didefinisikan. Ada dua aspek penting dari perancangan tempat kerja yaitu: (1) Daerah kerja horizontal pada sebuah bangku dan (2) Ketinggiannya dari atas lantai. DAERAH KERJA HORIZONTAL.


Batasan Diperlukan untuk mendefinisikan batasan-batasan dari suatu daerah kerja horisontal untuk memastikan bahwa material atau alat kontrol tidak dapat ditempatkan begitu saja diluarjangkauan tangan. Batasan-batasan jangkauan secara vertikal harus diterapkan untuk kasus seperti misalnya papan-papan kontrol, namun hampir seluruh bangku kerja material (benda kerja) dan peralatan lainnya disusun pada sebuah permukaan yang horisontal. Batasan untuk jarak menjangkau semakin meningkat jika operator mengendalikan beberapa macam gerakan tubuh. Sebagai contoh, operator duduk yang menghindari gangguan keseimbangan pada saat menjangkau. Bahkan jika berdiri, jangkauan kedepan dibatasi oleh pinggiran bangku, hal ini akan dapat mengganggu keadaan badan dan menimbulkan tekanan pada punggung. Dalarn bukunya R.M. Barnes (Motion and Time Study, terbit tahun 1980) mendefinisikan daerah kerja “Normal” dan “Maksimum”, dengan batasan yang ditentukan oleh ruas tengah jari (mid points of fingers), sebagai berikut:


- Daerah Normal: Lengan bawah yang berputar pada bidang horisontal dengan siku tetap.
- Daerah Maksimum: Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu. R.R. Farley pada tahun 1955 memberikan dimensi untuk daerah kerja pada gambar dibawah. yang telah dikutip dan dikembangkan secara meluas. (R.R. Parley, General Motors Engineering Jour¬nal, Vol. 2, no. 6, 1955, 20-25).

Gambar Batasan-batasan daerah kerja dikebangkan oleh R.R. Farley pada General Motors pada tahun 1955 (ukuran dalam mm)


Para pengarang berikutnya menyadari bahwa tidaklah realistis jika kedudukan siku diasumsikan supaya tetap, sehingga batas-batas tersebut tidak berupa lengkungan-lengkungan. Mereka juga percaya bahwa para pekerja cenderung duduk alau berdiri tidak dekat dengan pinggiran bangku. Mereka menjelaskan batas dengan sebuah persamaan yang meliputi pengukuran statis dari panjang lengan dan posisi bahu. Dengan mengukur 80 orang yang ditampilkan dengan batasan-batasan seperti yang ada dalam gambar dibawah. Hal ini menunjukkan daerah-daerah Farley yang sangat konservatif. Sedangkan penggunaan daerah-daerah Farley akan mengarah pada pekerjaan yang sangat dekat dengan operator, hal tersebut menimbulkan masalah tentang ruang untuk peralatan, bangku kerja dan material-meterial.

Gambar Batasan-batasan daeah kerja Normal untuk 5, 50, dan 95 persentil yang dikembangkan oleh S. Konz dan S.C. Goel (AIIE Transactions March 1969, P. 70)

Kurva Konz dan Goel hanya menerapkan daerah kerja normal, tetapi daerah-daerah jangkauan maksimum dapat dibuat dari kumpulan data yang lain, seperti contohnya, diagram yang ada dalam gambar 6.3. dari Eastman Kodak Company. Data ini menggunakan bagian depan dari tubuh sebagai titik referensi yang sesuai untuk perancangan kerja bangku.

Gambar Luasan jangkauan pada saat berdiri (Dari Eastman Kodak Company, Ergonomic Design For People at Work, 1983) Beberapa data yang diukur oleh M.I.

Bulloch menggunakan salah satu datanya untuk menunjukkan pusat dari interseksi tempat duduk dan sandarannya. Efek dari pembatasan daerah tempat duduk tersebut ditunjukkan dengan baik pada gambar dibawah. Pengukuran-pengukuran sejenis dilakukan oleh E. Nowak (1978). “Determina¬tion of the Spatial Reach Area of the Arms for workplate design purposes”, Ergonomics, 1978, V21, P.493 menggunakan pusat dan belakang tempat duduk pada permukaan bahu sebagai referensinya. Data sejenis diterapkan untuk perancangan tempat duduk kendaraan pada daerah kerja horisontalnya. Perhatikan juga kumpulan data dari H. Dreyfuss dan N. Diffrient. Jelasnya, kerja seharusnya dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika mungkin hindarkan kebutuhan untuk menaikkan lengan sebisa mungkin.

Gambar Batasan-batasan jangkauan fungsional dalam suatu area kerja yang horisontal untuk 1 individu, menunjukkan pengaruh dari sebuah tempat duduk (SRP = Seat Reference Point) (Sumber data : M.I. Bullocch, 1974)


LAY-OUT DALAM DAERAH KERJA
Untuk menjaga agar pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal maka tidaklah cukup dengan mengoptimasi lay­out tempat kerja. Namun lay-out tersebut seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang baik. Pada gambar diatas ditunjukkan lay-out yang memerlukan suatu posisi tetap untuk tangan kanan dengan pergelangan tangan berdeviasi ulnar (deviasi pergelangan kearah jari kelingking). Penyimpangan dari lengan atas pada gambar diatas juga memberikan kesan bahwa bangku yang terlalu tinggi adalah suatu masalah yang akan dipertimbangkan lebih lanjut dibawah ini.

KETINGGIAN BANGKU/KURSI KERJA
Ada dua macam dasar untuk menentukan ketinggian permukaan kerja yaitu :
(a)  Bangku atau mesin yang tepat untuk bekerja sambil berdiri (walaupun duduk dan berdiri bergantian adalah suatu hal yang mungkin dan diikuti dengan tersedianya kursi yang sesuai).
(b) Bangku atau kursi yang disesuaikan hanya untuk pekerjaan sambil duduk.

PRINSIP-PRINSIP YANG DITERAPKAN DALAM PERANCANGAN UNTUK KETINGGIAN 2 JENIS PERMUKAAN KERJA
·         Hindari beban otot yang terlalu berat yang disebabkan oleh lengan atas yang disampingkan terlalu dnggi (abduksi)(dalam pekerjaan keyboard, pergeseran lengan atas yang sering terjadi akan menyebabkan timbulnya keharusan untuk deviasi ulnar yaitu penyimpangan pergelangan tangan kearah kelingking.
·         Hindari tekanan tajam pada sisi lengan dengan bagian bawah dari pinggiran bangku, jika permukaan tempat kerja terlalu tinggi.
·         Hindari posisi membungkuk secara terus menerus jika permukaan tempat kerja terlalu rendah.

Bangku-bangku untuk Pekerjaan Sarmbil Berdiri.
Operator seharusnya bekerja dalam posisi berdiri tegak, dengan lengan alas dalam posisi santai dan dalam posisi vertikal yang dekat dengan meja, dan dengan lengan bawah inklinasi (dimiringkan sedikit) dari kedudukan horisontal. Hal ini dapat dicapai jika ketinggian tempat kerja kira-kira 5 cm dibawah tinggi siku operator tentunya akan menimbulkan pertanyaan tentang persentil dari tinggi atau panjang siku yang digunakan. Masalah lain yang timbul adalah jika ada suatu populasi campuran yang terdiri dari pria dan wanita. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

(i)  Gunakan dimensi rata-rata dari ketinggian siku, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan atau         gangguan diantara populasi yang digunakan, dan merupakan penyelesaian yang kurang bagus.
(ii) Perancangan untuk personal 95 dan diberikan plat-form lantai untuk operator yang lebih kecil - tetapi ini dapat menimbulkan masalah baru dan sukar untuk mengatasinya.
(iii) Perancangan untuk persentil 5 dan menambah tinggi bangku untuk operator yang lebih besar - tetapi hal         ini mengurangi keleluasaan duduk pada bangku sebab hilangnya ruang gerak untuk lutut.
(iv) Rancanglah suatu pengatur (adjustment), hal ini umum untuk meja-meja kantor, dan sistem produk yang komersial juga tersedia untuk bangku-bangku kerja dengan sistem pengatur
(v) Rancanglah suatu kursi yang tinggi pada ketinggian yang dapat disesuaikan (adjustable height) dan sandaran kaki yang dapat disetel.

Persyaratan pada sebuah kursi untuk bangku-bangku tinggi (berdiri) lebih fleksibel jika kursi yang digunakan oleh seseorang dapat disetel hingga ketinggiannya sesuai dengan tinggi bangku yang diinginkan. Tinggi tempat kerja dalam hal ini adalah sampai batas tubuh bagian atas yang dianalisa.

Untuk tempat kerja yang dekat dengan operator, tinggi hangku dapat dibuat dengan ekstra tinggi yang sesuai. Sedangkan bangku yang lebih rendah adalah untuk pekerjaan yang berat, tetapi bangku yang standart didasarkan pada panjang siku pada umumnya. Rekomendasi dibawah ini menunjukkan beberapa keanekaragaman, dengan perkiraan bahwa penyesuaian akan dapat dicapai.


Beberapa Rekomendasi Untuk Tinggi Bangku (Standing Work)

Masalah pemilihan tinggi bangku dilatar belakangi oleh sejumlah studi penelitian. S. Konz menyebutkan studi-studi terdahulu dan menjelaskan dalarn sebuah eksperimennya. (“Design of work Sta­tion”, J. Industrial Engineering., July 1967, P. 413).

Sebuah operasi penggabungan yang sederhana ditunjukkan bahwa ada 3 perbedaan tinggi bangku kerja oleh sejumlah op­erator. Operator-operator dalam percobaan tersebut mempunyai panjang siku antara 965 mm sampai 1143 mm dan tinggi meja yang disesuaikan untuk meletakkan pekerjaan dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut:

·         50 mm diatas siku.
·         50 mm dibawah siku.
·         150 mm dibawah siku.

Rata-rata proses produksi diukur pada setiap posisi dengan operator yang berbeda dan dalam analisa variansi ketinggian tersebut diubah menjadi berbagai macam ketinggian berarti. Yang paling baik adalah 50 mm dibawah siku, 50 mm diatas siku mengurangi produksi sekitar 1% dan 150 m dibawah siku menyebabkan produksi bcrkurang 2,8%.

E.R. Tichauer menemukan adanya akibat tambahan dengan suatu perubahan hanya sekitar 75 mm dalam hal tinggi pekerjaan yang berhubungan dengan tubuh, walaupun analisa detil dari percobaan tersebut tidak diberikan.

Suatu studi yang dilakukan oleh Joan S. Ward (“Ergonomics tech­niques in the determination of optimum work surface heights”, Applied Ergonomics, 1971, V2, no. 3). Studi ini ditunjukkan untuk mengetahui ketinggian permukaan kerja yang optimum untuk suatu dapur. Kegiatan sampling dari sejumlah ibu-ibu rumah tangga menunjukkan bahwa 23% waktu mereka dihabiskan didapur, 34% di wastafel dan tempat cuci (sink & drainer), 14% dipermukaan meja kerja (work top), 14% dimeja, 13% ditungku kompor.

Untuk meyakinkan hasil-hasil yang terapan 95% ide wanita-wanita dewasa Inggris, tersebut dibedakan menjadi 3 kelompok subyek yang dipilih sebagai berikut:

(a) 2,5th % ile darijarak ketinggian (1500 ± 25mm).
(b) 50th % ile dari jarak ketinggian (1625 ± 25mm).
(c) 97,5th % ile dari jarak ketinggian (1740 ± 25mm).

Empat ketinggian bangku yang distandarkan (762, 838, 914 dan 990 mm). Ketinggian-keunggian diatas dibenahi lagi dengan eksperimen-eksperimen dimana operator-operatornya melakukan pekerjaan kantor dengan menggunakan 3 macam metode yaitu :

(a) Elektromyography - pengukuran terhadap penggunaan otot pada kaki dan punggung.
(b)  Anthropometry - pengukuran terhadap tubuh ini berbagai sudut dan perbandingan dengan posisi berdiri santai, juga mengukur pusat pemindahan beban pada posisi yang mudah dijangkau.
(c) Pemilihan subjektif berdasar pada keinginan subyek yang diteliti.

Fleksibilitas dan penyesuaian yang didapat dalam rentang sebagai berikut:
·         Wastafel (Sink)                                   :          14  - 1067 mm
·         Permukaan meja kerja (Work top)       :        914  -   990 mm
·         Permukaan meja setrika                      :        838  -   990 mm
·         Permukaan kompor (Stove)                 :        838  -   990 mm

Sangat sulit untuk memakai rekomendasi diatas, namun untuk meja setrika ketinggiannya dapat disesuaikan. Sedangkan tungku atau perapian dapat dibuat pada ujung yang rendah untuk menyesuaikan dengan orang yang lebih tinggi. Masalah ini tidak dapat dengan mudah dipecahkan hanya dengan tempat duduk sebab kurangnya ruang untuk lutut dengan lemari yang berada dibawah bangku. Bangku dan Meja yang Sesuai untuk Pekerjaan yang Hanya Dilakukan Sambil Duduk

Kali ini kita membahas bidang atau dunia perkantoran, yang meliputi meja kantor, meja tukang ketik, meja VDU (Visual Dis­play Unit), disebut juga sebagai unit alat peraga visual (komputer). Bangku rendah yang makin bertambah jumlahnya dapat dilihat pada industri perakitan kecil/ringan dengan posisi yang tetap.

Tinggi bangku dirumitkan oleh interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Jika kita mendesain dengan kriteria agar permukaan kerja tetap dibawah siku seperti bagian sebelumnya, kita dapat merancangnya dengan ruang untuk lutut yang kurang nyaman. Untungnya, ujung meja dapat dirancang lebih tipis sehingga meja VDU juga menjadi lebih tipis. Kadang-kadang pengetik akan menjadi terbiasa, sehingga hal ini lebih fleksibel untuk memperoleh sebuah meja dengan kemiringan serta mempunyai ruang yang cukup untuk gerak lutut.
Dengan meja yang sejenis, kaki operator akan tepat diatas lantai (menapak). Namun meja yang tidak dapat disetel, berakibat operator yang lebih kecil akan perlu menaikkan tempat duduknya agar siku mereka sampai pada ketinggian yang tepat dan perlu sandaran kaki (footrest) agar bagian dalam dari paha terhindar dari rasa lelah. Persyaratan untuk pengadaan sandaran kaki dapat dianggap cukup layak dan ini dapat dibuat rekomendasi bahwa meja yang non-adjustable seharusnya dirancang cukup tinggi untuk disesuaikan dengan dimensi orang yang besar. Pendekatan ini digunakan oleh E. Grandjean (Fitting the task to the man, Taylor & Francis Press, 1986), yang dijelaskan berikut ini.

Untuk menjamin cukupnya ruang bagi lutut orang dewasa (besar) maka direkomendasikan mengambil 95th percentil.

Kebanggaan orang adalah dengan memiliki kursi yang bisa disetel dan mempunyai sandaran kaki. Tinggi meja 720 diperuntukkan bagi Visual Display Terminal oleh A. Cakir et al. (Visual Display Terminals, Wiley, 1980) yang lebih tinggi dan penyertaan sandaran kaki Untuk penyederhanaan, dan untuk memberikan pengertian yang mudah dari posisinya, lebih baik menghindari sandaran kaki dan hal ini biasanya dapat dicapai dengan membuat tinggi meja yang dapat disetel.
Untuk membaca dan menulis, orang biasanya mengistirahatkan lengan mereka pada meja sehingga perlu permukaan yang lebih tinggi. Grandjean memberi nilai antara 740-780 mm untuk laki-laki dan 700-740 mm untuk wanita.

Kemiringan Permukaan Kerja
Contoh-contoh kemiringan permukaan kerja kearah operator antara lain ditunjukan pada meja-meja sekolah, papan gambar dan podium. Sebenarnya telah bertahun-tahun peralatan kerja dipabrik atau industri telah dimiringkan kearah operator. Manfaatnya adalah seseorang dapat duduk lebih kebelakang dengan sedikit memiringkan kepalanya. Hal tersebut dapat lebih konsisten jika dilengkapi dengan sandaran lengan. Suatu kemiringan sebesar 12° akan menghasikan peningkatan vang signifikan tanpa adanya kekhawatiran jatuhnya obyek karena terlalu miring. Harap hati-hati bahwa hal tersebut tidak boleh mempengaruhi ketinggian tempat kerja sehingga lengan atas tidak harus diangkat keatas (abduksi).

Para operator harus menegakkan lengan rnereka diatas permukaan horisontal untuk jenis permukaan kerja yang terlalu tinggi dan menghasilkan penglihatan yang bagus. Hal ini dapat dikurangi dengan pembuatan sandaran lengan yang terbuat dari bantalan sepanjang sisi depan bangku. Fungsinya adalah dapat mengurangi benturan dengan sisi yang tajam dan mengurangi kerja ototstatis. Hal diatas merupakan satu penyelesaian terhadap konflik yang timbul antara permukaan kerja yang terlalu tinggi dengan penglihatan yang baik serta dan melelakkan tangan dengan rendah untuk mengurangi kelelahan. Penyelesaian lain mungkin dengan cara menaikkan material yang diperlukan sedekat mungkin dengan penglihatan (misal: copy-holder).

Yaa... mungkin ini merupakan bagian kecil dari penerapan ilmu ergonomi pada interior. Masih banyak ergonomi yang membahas tentang ruangan lainnya. Untuk area kerja mungkin baru ini pembahasan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Nanti kalau ada study lainnya akan saya posting lagi. :)